Bilal Bin Rabah Simbol Kesetaraan Sosial Islam

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
ABU TARIQ HIJAZI

Bilal Bin Rabah ra adalah salah satu nama yang paling populer dalam sejarah Islam. Seorang budak Negro dari Habsyah (Ethiopia), Bilal adalah bukti nyata dari penghormatan Islam terhadap kesetaraan sosial, anti rasisme serta keadilan sosial.



Lahir pada 680 Masehi di Mekkah, bersama orang tuanya - Rabah serta Hamamah - Bilal juga menjadi budak dari Umayyah bin Khalaf, seorang musuh Islam.

Ketika Umayyah mendengar bahwa Bilal masuk Islam, ia menyiksanya serta memaksanya untuk melepaskan keimanan barunya. Namun dengan penuh kecintaan terhadap Nabi Muhammad saw serta Islam, Bilal masih teguh dalam keimanannya. Meskipun ia disiksa dengan kejam ia semakin berbicara "Ahad, Ahad." (Allah itu satu, Allah itu satu)Ketika Nabi Muhammad saw mengenal mengenai penganiayaan yang dialami Bilal, ia mengutus Abu Bakar ra, yang menebusnya dari sang penindas serta membebaskannya dari perbudakan. Keleluasaan ini adalah hadiah pertama Islam terhadap Bilal. Khalifah Kedua Umar Bin Khattab menghormati Bilal dengan menyebutnya sebagai Sayyidina (pemimpin kami).

Bilal menjadi salah seorang sahabat yang paling dipercaya serta setia terhadap Nabi Muhammad saw. Beliau tergolong orang yang pertama masuk Islam. Bilal ikut hijrah bersama Nabi Muhammad saw ke Madinah serta ikut dalam pertempuran-pertempuran besar tergolong perang Badar, Uhud, Khandaq dll. Saat Perang Badar, ia berhashil membunuh musuh Islam serta orang yang sudah memperbudak serta menindasnya - Umayyah.

Nabi Muhammad saw adalah orang pertama yang menyebutkan kesetaraan diantara manusia dalam sejarah dunia 1400 tahun yang lalu. Dihadapan lebih dari 120.000 sahabat saat haji, beliau menyebutkan:

"Wahai para manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan anda itu satu, serta bapak anda itu satu. Ingatlah, tak ada keunggulan orang Arab atas orang ajam/asing, serta tak bagi orang ajam atas orang Arab, tak bagi orang kulit putih atas kulit hitam, serta tak bagi orang kulit hitam atas kulit putih kecuali taqwa."

Nabi memilih Bilal menjadi salah satu sahabat yang mulia. Munculnya Bilal sebagai seorang yang menonjol dalam sejarah Islam adalah bukti pentingnya pluralisme serta kesetaraan ras serta sosial dalam Islam.

Saat Abdullah bin Ziyad menceritakan bahwa ia sudah bermimpi diajari metode serta kalimat Azan, Nabi Muhammad saw menyukainya serta menunjuk Bilal sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan di Madinah dengan wacana tersebut. Ketika Umar ra mendengar azan, ia bergegas mendatangi Nabi Muhammad saw serta mengatakan terhadap beliau bahwa ia juga bermimpi azan dengan wacana yang sama. Dengan demikian azan dikumandangkan pertama kali oleh Bilal. Nabi saw menunjuknya sebagai Muazzin Rasul.

Sebab Bilal adalah orang Afrika pertama yang memeluk Islam, umat Islam Afrika tetap merasa bangga dengan kehormatan yang diberbagi terhadap orang Afrika tersebut.

Kehormatan besar lainnya bagi Bilal adalah seusai Fatah Mekkah pada 8 Hijriah. Ketika kota Mekkah menyerah serta semua orang baik Muslim serta non Muslim berkumpul di sebuahhalaman, Nabi saw meminta Bilal untuk menaiki atap Ka'bah serta mengumandangkan azan dari atasnya. Ini adalah azan pertama yang dikumandangkan di Mekkah al-Mukarromah.

Begitulah pengorbanan Bilal di dalam Islam serta pencapaian kerohanian yang ia bisakan.

Suatu kali Nabi Muhammad saw bersabda:
"Wahai Bilal, lakukanan khusus apa yang sudah engkau lakukan jadi saya mendengar suara langkahmu berlangsung di depanku di Surga." Bilal menjawab, "Setiap kali saya berwudhu, saya melaksanakan shalat dua rakaat sebagai Tahiyyatul Wudhu." 
Bilal adalah seorang Ashabssuffah. Istilah Ashabussuffah adalah sebutan terhadap para sahabat yang tinggal di beranda, disamping masjid Nabi saw di Madinah seusai hijrah serta mendalami ilmu-ilmu agama disana.

Sejak Bilal memperoleh kehormatan menjadi salah satu Suffa, ia mengumpulkan tak sedikit hadists Nabi saw. Kurang lebih 20 ulama adalah tahap dari Ashabussuffa, diantaranya Usamah bin Zaid, Bara Bin Azib serta Abdullah bin Umar.

Ketika Raja Najasyi dari Habsyah mengirim tiga tombak sebagai hadiah terhadap Nabi Muhammad saw, Nabi saw memberbaginya terhadap Umar, Ali, serta Bilal yang memakai tombak untuk membenarkan arah shalat.

Bilal di Syiria

Seusai Nabi Muhammad saw wafat, Bilal merasa susah untuk menghabiskan waktu di Madinah tanpa Nabi tercinta (saw). Dirinya meminta terhadap Khalifah Abu Bakar untuk membiarkannya berangkat ke Syiria untuk berjihad. Serta disana ia menghabiskan sisa waktu nasibnya. Ia mengumandangkan azan hanya dua kali seusai itu. Yang pertama adalah ketika Khalifah Umar bin Khattab datang ke Syiria serta kedua kalinya ketika ia mengunjungi makam Nabi Muhammad saw di Madinah. Seusai mendengar suara azannya orang-orang menangis, sebab mengingat masa-masa kenasiban Nabi Muhammad saw.

Bilal meninggalkan Madinah untuk berangkat ke Syiria (kemudian Syam) serta tinggal disana. Ketika Khalifah Umar mengunjungi Baitul Maqdis (Yerusalem), ia meminta Bilal untuk mengumandangkan azan. Serta ketika ia mengumandangkan Azan, para sahabat menangis tersedu-sedu teringat masa lalu. Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar menangis yang mana ia belum sempat menangis semacam itu sebelumnya.

Ketika Bilal berada di Syiria, ia menonton dalam mimpi Nabi Muhammad saw mengatakan kepadanya "Wahai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku". Ia kemudian langsung bergegas ke Madinah serta memberi tau shalawat serta salam di makam Nabi saw sambil menangis serta menempelkan wajahnya ke makam Rasul.

Ketika ia menonton Hassan serta Husain, cucu Nabi saw, ia langsung merangkul mereka. Atas permintaan mereka, Bilal mengumandangkan azan dengan suara gemetar serta berlinangan air mata. Mendengar Azannya Bilal, orang-orang berdatangan ke Masjid Nabawi. Ini adalah azan terbarunya di Madinah.Bilal menghabiskan hari-hari terbarunya di Syiria. Beliau wafat pada 18 Hijriah pada usia 64 tahun serta dimakamkan di Bab-al-Sagheer dekat Jama Umavi di Damaskus. Ia melayani Nabi saw selagi 25 tahun.

Islam sudah membawa derajatnya pada tingkat semacam yang Umar bin Khattab terbuktigilnya sebagai Sayyidina (pemimpin kami).

Di saat-saat pembaringan terbarunya, istrinya Hind menangis, 'wa hazana' (suatu kekecewaan yang besar) serta Bilal menjawab, Wa Tarabaa' (suatu sukacita yang besar); "Besok saya bakal bertemu dengan orang yang saya cintai - Muhammad saw serta para sahabatnya."

Sumber: ARABNEWS.COM
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90