Falsafah Shalat Lima Waktu

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Apa sebetulnya makna dari shalat lima waktu? Shalat lima waktu sebetulnya adalah fotoan dari beberapa kondisi kami yang tak sama-beda sepanjang hari. Kami melalui lima bagianan kondisi pada saat sedang mengalami musibah dan fitrat alami kami menuntut bahwa kami wajib melaluinya. 



Pertama, adalah ketika kami mendapat fotoan bahwa kami bakal menghadapi musibah. Sebagai contoh, bayangkan ada surat panggilan bagi kami untuk menghadap ke sebuahpengadilan. Kondisi pertama ini bakal langsung meruyak rasa ketenangan dan keteduhan kita. Kondisi semacam menerima surat panggilan pengadilan ini mirip dengan saat ketika matahari mulai menggelincir. Sejalan dengan kondisi keruhanian tersebut ditetapkanlah shalat Dhuhur yaitu ketika matahari mulai menggelincir.

Kita mengalami kondisi kedua ketika kami semacamnya mendekat terhadap tempat musibah terjadi. Sebagai contoh, seusai ditahan berdasar surat panggilan, tiba waktunya kami diajukan ke hadapan hakim. Pada saat demikian kami merasakan kegalauan perasaan dan berasumsi bahwa semua rasa keamanan telah meninggalkan diri kita. Kondisi semacam itu mirip dengan kondisi ketika sinar matahari mulai suram dan manusia dapat menonton matahari dengan cara langsung dan menyadari bahwa sebentar lagi matahari itu bakal terbenam. 

Sejalan dengan kondisi keruhanian semacam itu maka ditetapkanlah shalat Ashar.Keadaan ketiga adalah kondisi ketika kami merasa kehilangan segala andalan mendapatkan keselamatan dari musibah. Sebagai contoh, seusai mencatat bukti-bukti tuntutan yang bakal mengangkat kehancuran diri kita, kami didakwa dengan bentuk pelanggaran dimana telah disiapkan surat dakwaan. Pada saat demikian, kami merasa semacamnya kehilangan semua indera dan mulai berfikir berpendapat diri sebagai narapidana. Kondisi semacam itu mirip dengan saat ketika matahari terbenam dan andalan menonton terang hari telah pupus sebabnya. Diperintahkanlah shalat Maghrib yang sejalan dengan kondisi keruhanian demikian.

Keadaan keempat adalah ketika kami ditimpa musibah dengan cara langsung dimana kegelapannya yang kelam telah menyelimuti diri kita. Sebagai contoh, seusai pembacaan bukti-bukti maka kami semacamnya lalu divonis dan diserahkan untuk dipenjarakan. Kondisi semacam itu mirip dengan kondisi malam ketika semuanya diselimuti kegelapan yang kelam. Untuk kondisi keruhanian semacam itu ditetapkanlah shalat Isya.

Seusai menghabiskan satu kurun waktu dalam kegelapan dan penderitaan, datanglah rahmat Ilahi yang meluap mengemuka dan menyelamatkan kami dari kegelapan dengan datangnya fajar yang menggantikan kegelapan malam dimana sinar pagi mulai muncul. Shalat Subuh ditetapkan untuk kondisi keruhanian semacam itu.

Berdasarkan kelima kondisi yang berubah semakin tersebut maka Allah s.w.t. telah mengatur shalat lima waktu bagi kita. Dengan demikian kami dapat memahami bahwa shalat tersebut diatur waktunya bagi kemaslahatan kalbu kami sendiri. Bila kami mengharapkan keselamatan dari segala musibah, janganlah kami hingga melalaikan shalat lima waktu sebab semua itu adalah refleksi dari kondisi internal dan keruhanian kita. Shalat adalah obat penawar bagi segala musibah yang mungkin mengancam. Kami tak sempat mengenal kondisi bagaimana yang dibawa oleh hari berikutnya. Sebab itu sebelum awal hari, mohonlah terhadap Tuhan kami yang Maha Kekal supaya hari tersebut menjadi sumber kemaslahatan dan kemengatakann bagi kita.
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90