Adikku Meninggal Ketika Ia Lahir, Namun Ibu Malah "Membenciku". Setelah 24 Tahun, "Kenyataan Sebenarnya" Baru Terkuak dan Aku Merasa Sangat Bersalah!

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Namaku Zhao Di, aku merupakan seorang perempuan, tetapi ibuku mengharapkan anak laki-laki. Sebab itulah, ibuku tak menyukaiku, sikapnya kepadaku dapat berubah 180 derajat. Kadang ia memberiku kasih sayang serta memelukku, tetapi sikapnya ini kadang berubah dengan emosi kemarahan.




Aku tahu, ketika ia menontonku, membikinnya teringat orang lain. Orang itu merupakan adik laki-lakiku, tetapi ia tak sukses diselamatkan ketika baru lahir. Ketika aku lahir, adik laki-lakiku meninggal, jadi bunda berpendapat semuanya sebab aku.




Ketika aku tetap kecil, aku merasa bersalah, tetapi ketika telah dewasa, aku merasa argumen bunda tak masuk akal. Serta aku pun mulai tak menyukainya. Hubunganku dengan bunda pun menjadi ada jarak.Ibuku juga tak melahirkan anak lagi, ayah tak memkabarhuku alasannya, tetapi aku tahu. Aku mendengar dari penduduk desa bahwa ketika ia sedang melahirkan adikku, ia terkena penyakit serta dokter mengatakan bahwa bunda tak dapat hamil lagi.
Seiring bertambahnya usia, kebencian bunda terhadapku bertahap hilang, kadang ia juga dapat menertawaiku.
Aku tahu semuanya telah berlalu lumayan lama, ia lama-kelamaan dapat membuka hatinya, tetapi aku tetap tak dapat dekat dengan ibuku. Aku terhadapnya bersikap sopan serta sungkan, tak semacam anak-anak lainnya yang dapat dimanjakan ibunya, aku sendiri juga tak tahu kenapa aku begini?
Kadang, ayah memkabarhuku untuk bersikap lebih baik terhadap ibu, katanya faktor ini benar-benar tidaklah mudah untuknya. Ktka ayh mngtkn fktr it, air mtku mnglir, stiap kli ayh mncrmhiku, ak mrsa prsaln tk se-sdrhna smcam yg kkra. Ttapi ketika aku bertanya kembali, ia menolak untuk melanjutkannya lagi.
Akhirnya, ketika aku berumur 24 tahun serta telah lulus kuliah, aku mengerti apa yang sebetulnya terjadi. Ayah mengatakan aku telah dewasa, telah sewajibnya memkabarhuku yang sebetulnya serta bagaimana bunda menjadi orang semacam itu.Yah, aku bukan anak kandung mereka.
Ayah mengatakan, ia mengetahui keluargaku yang sebetulnya, rumah kita juga tak terhitung jauh dari desa mereka, serta aku merupakan anak ke delapan mereka, juga merupakan anak ke 6 yang dibuang, sebab mereka mengharapkan anak laki-laki.
Nyatanya bunda mengadpilihanku, ketika itu ia baru menikah dengan ayah. Ketika aku berumur 2 tahun, adik laki-lakiku lahir.
Kemudian ketika aku berumur 3 tahun serta adikku 1 tahun lebih, ia telah mengikutiku memanjat kesana kemari, sampai akhirnya ia jatuh ke dalam kolam ikan.
Untuk ukuran orang dewasa, kolam itu tak dalam, tetapi untuk anak yang baru berumur 1 tahun, tempat itu sangat berbahaya.
Ketika itu, ayah serta bunda sedang berangkat ke sawah serta aku tak tahu apa yang wajib kuperbuat, aku pun berteriak: "Dik, ayo naik kesini".
Kemudian, seorang penduduk desa datang serta bertanya apa yang sedang terjadi, lalu ia buru-buru menggendong adikku keluar kolam. Tetapi semuanya telah telat serta adikku berangkat untuk selamanya.
Ketika itu aku tetap kecil serta tak mengerti apa artinya "pergi", aku pun tak ingat kejadian itu.
Sebab bunda takut aku bertumbuh dengan perasaan bersalah, ayah serta bunda kemudian mengarang cerita bahwa adikku meninggal ketika dilahirkan. Serta tak ada penduduk desa yang mengungkit kejadian itu.
Seusai mendengar penjelasan ayah, akhirnya aku mengerti kenapa sikap bunda semacam itu. Di satu sisi, bunda berpikir aku tetap kecil ketika itu, jadi ia tak sewajibnya menyalahkanku atas tragedi yang terjadi pada adikku. Di segi lain, bunda merasa tak dapat menerima kenyataan ini.
Seusai pulang ke rumah, faktor yang pertama kali aku perbuat merupakan, berlutut di bawah kaki ibuku, aku meminta maaf kepadanya serta berterima kasih atas apa yang telah ia berbagi selagi bertahun-tahun. Bunda menontonku semacam itu, ia pun telah dapat menduga bahwa ayah menceritakan semuanya kepadaku.
Kemudian, ia mengangkatku, menangis serta mengatakan: "Ketika itu kalian tetap sangat kecil, juga tak dapat menyalahkanmu".
Aku merasa sangat berhutang budi terhadap ayah serta ibuku. Sejak saat itu aku sadar serta rutin menomor satukan ayah serta ibuku…
Mempunyai rumah untuk kembali serta berlindung dari apapun. Serta itulah suatu  keluarga. Yuk berbagi postingan ini ke kawan-kawanmu!
Sumber: BH

http://www.cerpen.co.id/post_146654.html
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90