Istriku Minta Cerai Karena Aku "Tidak Mapan"! Setelah Sukses, Aku Kembali Mencarinya, Siapa Sangka yang Menyesal Malah "Aku" Bukan Dia!?

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Hallo Pembaca Setia Cantik Berhijab News, Pada sharing informasi yang berguna hari ini yang berjudul " ?Istipsu Minta Cerai Sebab Aku "Tidak Mapan"! Seusai Berhasil, Aku Kembali Mencarinya, Siapa Sangka yang Rugi Malah "Aku" Bukan Dia!? ", saya telah memberbagi informasi terakhir serta yang sedang dibicarakan di jagat sosial media. 




Semoga isi artikel informasi yang saya tulis ini bisa berguna untuk kalian semua. okelah, ini dirinya infonya.Aku serta istipsu merupakan kawan semasa kuliah. Kalian mulai berpacaran waktu itu. Seusai lulus, ia kembali ke kotanya, serta aku kembali ke kotaku. Tetapi aku tidak tahan pacaran jarak jauh. Kami dipisahkan oleh jarak sepanjang 900 kilometer. Ia juga tidak ingin meninggalkan ayah serta ibunya untuk datang ke kotaku sebab ia merupakan anak satu-satunya. Sebab itu, aku pun memutuskan untuk pindah ke kotanya serta buka usaha di sana, tidak ingin berpisah darinya.Ayah serta ibuku memberiku modal untuk buka usaha. Menonton keseriusanku, ayah serta ibunya merestui kami untuk menikah. Tetapi dari pacar sehingga suami istri, semacamnya ada yang berubah di antara kita.Hari Senin hingga Sabtu, kami bersama-sama menjaga toko, tetapi tidak begitu tidak sedikit pembeli. Lama-kelamaan, aku merasa jenuh serta mulai main games di HP. Sekali main, aku langsung kecanduan, bahkan menghabiskan uang untuk membeli avatar-avatar di dalamnya. Sekali ketahuan sama istipsu, ia marah serta membanting HP-ku ke lantai. Menonton HP-ku yang rusak, emosiku pun juga memuncak, kami pun bertengkar hebat. Aku banting pintu keluar, meninggalkan istipsu sendirian di toko.
Keluar dari pintu, aku tidak tahu wajib ke mana, kota ini begitu asing bagiku. Saat itu aku baru sadar, kalau tidak ada istipsu, aku tidak punya apa-apa lagi. Aku langsung berubah pikiran serta pulang ke toko.
Saat kembali ke toko, aku menonton istipsu sedang memselesaikan barang-barang dagangan kami serta mengelap lemari kaca. Menonton pemandangan itu, emosiku sontak mereda. Aku memasang wajah senyum, mendekatinya serta meminta maaf.
Keesokan harinya, ia membelikanku HP baru. Aku berjanji padanya tidak bakal main game lagi. Tapi apa daya, setiap kali toko tidak ada pengunjung, aku merasa sangat bosan serta mulai diam-diam main game lagi untuk menghilangkan kebosananku.
Toko sepi pembeli serta tidak ada untung, istipsu mencari pekerjaan tambahan. Ia bekerja di kantor dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Horeee! Hari ini gak ada lagi orang yang mengawasiku. Aku bisa main sepuasnya. Tapi sebuahhari, istipsu menemukan rekening tabungan kami bertidak lebih tidak sedikit, tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Siapa sangka esoknya, ia sengaja tidak pergi kerja, diam-diam datang ke toko serta berdiri di luar sana diam-diam memantau kondisi di dalam. Sekali lihat, langsung ketahuan.
Hari ini, ia tidak membanting HP-ku, tapi ia menatapku serta mengatakan,
"Kamu sangatlah membikinku sedih! Kalau begini terus, kami cerai saja!"
Ini pertama kalinya kalian bertengkar hingga bawa-bawa kata cerai. Aku meminta maaf berkali-kali, tapi tampaknya tekadnya telah bulat.
"Mulai kini kalian leluasa mau ngapain aja, mau main game, terserah kamu, gak bakal ada yang urus kalian lagi! Lumayan hingga sini, kalian juga tidak usah memaksakan diri untuk tinggal di sini, pulang saja ke rumah orang tuamu! Kalian leluasa telah!"
Bebas? Bagiku, kata itu terdengar semacam akhir dari pernikahan kita. Hatiku langsung hancur. Belum pernah aku angkat bicara, ia telah pergi meninggalkanku.Keesokan harinya, aku mampir ke rumah ayah ibunya untuk menceritakan persoalan kita, meminta mereka menjadi penengah. Tapi begitu hingga di rumah, aku menonton rumah kedatangan tamu. Seorang pria sedang duduk makan bersama ayah serta ibunya. Seolah-olah aku mengetahuii pria itu. Pas ku lihat lebih jelas lagi, nyatanya itu merupakan mantan pacar istipsu.
"Ngapain dirinya datang? Di saat-saat semacam ini? Jangan-jangan istipsu bermaksud untuk bercerai denganku serta menikah dengannya?" Aku tidak sehingga masuk serta balik badan langsung pulang.
Keesokan harinya, kami pergi mengurus perceraian. Di lobi pengadilan, aku memkabarhunya mengenai apa yang kulihat kemarin, "Keren yah! Nyatanya kalian udah dari dulu pengen balikan sama si A!? Kalau bukan sebab persoalan ini, kalian mana ada argumen untuk minta cerai!? Lihat saja nanti! Kalian bakal rugi!"
Istipsu diam, tidak ada ekspresi, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Semacamnya ia telah tidak ingin bicara lagi denganku.
Seusai bercerai, aku menjual tokoku. Begitu semua urusan telah berakhir, aku naik pesawat meninggalkan kota ini berserta pernikahanku yang kandas. Begitu kembali ke rumah, aku menghubungi kawan lamaku serta kalian mengawali bisnis batubara bersama. Tidak lama kemudian, bisnis kami mulai meraup keuntungan. Usaha kami terus maju serta berkembang. Tidak hingga 2 tahun, aku telah bisa beli mobil BMW.
Yang ada di pikiranku pertama merupakan bawa mobil baru ini ke kota di mana mantan istipsu berada, berhenti di depan rumahnya serta menonton ekspresi wajahnya yang penuh penyesalan. Memikirkannya saja aku telah tidak sabar!
Seusai perjalanan berhari-hari, akhirnya hingga juga di rumah istipsu. Baru turun dari mobil, aku menonton seorang anak kecil berlari-lari di halaman.
"Anak siapa ini?", pikirku.
Istipsu tidak punya kakak maupun adik. Anak ini tentu punya dia, tapi dengan siapa? Jangan-jangan anak dirinya serta suami baru, mantan pacarnya waktu kuliah dulu!?
Tiba-tiba mertuanya keluar dari dalam rumah serta tampak kaget mendapatiku berdiri di depan pintu halaman. Terakhir kali kami berjumpa telah 2 tahun yang lalu. Ia sangatlah tidak menyangka aku bakal timbul di sini.
"Kamu kenapa datang!?"
Belum pernah aku menyapa, ia telah terbuktigil istipsu keluar, "Lily, mantan suami kalian datang nih!"
Satu kata "mantan suami" membikin hatiku tersayat. Di hati yang paling dalam, aku tetap terbuktigilnya istri. Ia pun keluar serta menontonku, ekspresi wajahnya biasa saja, terkesan sedikit lelah, tapi tidak sekurang baik yang kubayangkan.
Saat ini, anak kecil itu berlangsung ke arahnya serta luar biasa-narik pakaiannya, "Mama, itu papa bukan?"
Ia tidak menjawab serta langsung menggendong anak itu ke dalam. Ibunya membukakan pintunya untukku. Aku bertanya pada ibu, "Itu anak siapa?"
"Hah? Kalian gak tahu? Itu anakmu!"
Mendengar itu anakku, perasaanku langsung campur aduk. Aku sama sekali tidak menyangka. Kapan ia hamil!? Kok aku tidak sadar kalau 2 tahun lalu, ia tengah mengandung!? Waktu itu kami lagi sibuk-sibuknya bertengkar serta mengulas soal perceraian.
Aku masuk serta duduk di ruang tamu. Rumah ini terasa begitu bersahabat tetapi juga begitu asing. Dengan tenang, istipsu mengatakan padaku bahwa selagi ini ia tahu, kalau aku tetap mencintainya, aku tentu bakal kembali mencarinya. Kalau telah tidak mencintainya, ia juga tidak bakal menggunakan "anak" sebagai argumen untuk mengikatku.
Meingat apa yang telah kulakukan selagi ini, aku rugi bukan main. Aku gagal sebagai seorang suami serta ayah. Aku berharap aku bisa membenahi kesalahanku serta mengurus mereka berdua dengan baik.
Sumber: BH

http://www.cerpen.co.id/post_146523.html
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90