Subhanallah!! Kamu Pasti Menangis Setelah Baca Kisah Nyata Penyesalan Sang Suami Kepada Istri {Setelah Isteri Meninggal Dunia}

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Nina dan Herman yaitu sepasang suami istri yang telah menjalani hubungan pacaran 10 th. lamanya. Akhirnya mereka menikah dan menjalani bahtera rumah tangga seperti orang yang lain. Di th. pertama, ke-2 dan ketiga, cerita cinta ini begitu manis. Terlebih keduanya dikaruniai seorang putra bernama Lilo.Th. ke empat rumah tangga Nina dan Herman mulai merasa agak berat. Mengasuh anak sehingga faktor yang butuh mereka tekuni bersama. Tetapi berbekal support orang tua dan rasa cinta mereka, apa pun rutin ada pemecahannya dan mereka bisa melalui saat susah tersebut .



Berbagai tahun berlalu hingga Lilo telah menginjak kelas empat SD. Mengasuh satu anak hingga sebesar ini rupanya bikin Herman ingin memiliki anak lagi. Tetapi Nina agak menampik, dengan argumen tetap ingin mengecheck ke dokter mengenai keadaannya.

Tetapi kondisi ini berbagai kali terjadi hingga 1/2 th. lamanya. Bikin Herman sedikit berpaling dari Nina. Terlebih di kantor, ada seorang sekretaris baru yang bikin Herman merasa enjoy bernama Jenny. Sedikit untuk sedikit Jenny mulai kuasai pikiran dan nasib Herman. Membikinnya tidak tidak jarang pulang pas saat dan bikin Nina heran.

“Kok tidak jarang pulang terlambat, Mas? ” tanya Nina.

“Lembur.. ” Herman menjawab singkat sambil mengganti busananya. Ia sesungguhnya masihlah mencintai Nina, tetapi di sisi lain ia terus dekat dengan Jenny. Ia terasa hubungannya dengan Nina hambar dan menjemukan akhir-akhir ini. Hari ini bukanlah sebab Nina menolak miliki anak lagi, tetapi aktivitas Nina dan Herman bikin pria ini merasa jarak mereka terus jauh dan Nina seolah tidak lihat faktor itu sekalipun.

Kenasiban pernikahan Nina dan Herman terus menjemukan. Nina terus berusaha keras dalam kariernya hingga fokusnya tidak jarangkali cuma pada anak dan karier. Nina terbukti lebih pendiam setelah Lilo masuk sekolah, tetapi Herman fikir mungkin faktor ini dikarenakan oleh kepentingan anak mereka yang terus tidak sedikit. tetapi sesungguhnya Nina menaruh rahasia yang agak dalam, sebab tidak mau suaminya hingga bersedih. Ia betul-betul begitu melindungi perasaan suaminya. Sesekali hubungan Nina dan Herman menegang oleh sebagian pertikaian kecil. Herman tidak jarang pulang malam dan Nina mulai curiga dengan apa yang dikerjakan Herman diluar rumah.

“Aku kerja. Saya kan juga tidak sempat memprotes saat kamu pulang malam, Nina, ” kata Herman dengan suara tinggi.

“Kamu beralih, Mas. Kerja juga tidak mungkin saja pulang malam rutin kan? ” Nina membalas.

Herman mendengus sebal dan menyahut, “Kamu bertanya saja sendiri pada dirimu, mengapa saya sehingga tidak kerasan. Kamu terlalu repot dengan kariermu, saya juga bisa bila begini langkahnya. ” Ia sebetulnya sakit mengucapkan faktor seperti ini pada Nina. Tetapi emosinya telah lama tertahan dan hari ini ia terasa muak pada omelan istrinya.

Jenny juga mulai berani mempengaruhi Herman untuk menceraikan istrinya. Awalannya Herman sangsi, tetapi terus kerap ia dan Nina berkelahi di belakang anaknya. Faktor seperti ini mulai bikin Herman terasa tidak enjoy. Ia juga mulai memberi tau keinginannya untuk bercerai. Pasti saja faktor seperti ini bikin Nina hancur 1/2 mati. Ia menolak perceraian itu sebab tidak mau Lilo rasakan keluarga yang retak dan pasti saja perceraian yaitu faktor yang begitu dibenci Allah SWT.

Tetapi Herman terus menghancurkan hatinya lantaran menyodorkan surat mengajukan cerai sekian hari setelah ia mengemukakan hasratnya itu. Semalaman Nina memandangi surat cerai terhampar di meja kerjanya, sesaat Herman tidur dengan tidak pulas di ranjangnya. Esok paginya, Nina menyerahkan surat itu pada Herman dengan mata sembab lantaran sesekali berdoa sembari menangis memohon panduan pada Allah SWT, hingga belum tidur semalaman. Ia berpikir tidak ada manfaatnya ia geram maupun sedih, lantaran pekerjaan seseorang istri dalam Islam yaitu untuk mentaati suaminya dan coba bersabar dengan semua ujian yang diberbaginya.

Ia sadar benar sebetulnya Allah-lah yang maha membolak-balikkan hati manusia. Allah memberi panduan pada yang Dia
kehendaki maupun juga menyesatkan pada siapa yang Dirinya kehendaki, seperti firman Allah :




” Sebetulnya kamu bakal tidak
bisa berbagi petunjuk pada orang yang kamu kasihi, tetapi AllAh berbagi panduan pada orang yang diharapkan-Nya, dan AllAh lebih mengenal orang-orang yang mau terima panduan” (QS. Al-Qashash : 56)

“Aku bakal menandatanganinya setelah 30 hari. Dalam 30 hari itu, saya mengharapkan Mas rutin menggendong saya dari ranjang ke meja makan untuk sarapan tiap-tiap pagi. Juga dari ruangan keluarga ke kamar tidur tiap-tiap malam, ” tutur Nina dengan nada 1/2 serak seperti orang yang semalaman belum tidur.

Herman agak aneh dengan keinginan istrinya, tetapi ia tetaplah menyanggupi keinginan itu. Ia fikir istrinya cuma mengharapkan mengulur saat cerai dan bikin Herman kembali. Mendengar narasi itu, Jenny sedikit menertawai tingkah Nina. “Ada-ada saja. Setelah kondisi seperti ini, baru istrimu merajuk untuk bisa kembali. ”

Demikianlah, sesuai sama janjinya, Herman senantiasa menggendong Nina tiap-tiap pagi dan malam. Ia bisa merasakan Nina lebih bertumpu padanya, tetapi di sisi lain Herman memikirkan kalau Nina mungkin juga tengah menikmati berbagai momen akhir bersamanya. Sebentar lagi Herman tetaplah bakal menceraikannya dan mengangkat Jenny dalam kenasiban barunya.

Pemandangan romantis pada Nina dan Herman bikin Lilo terkadang bersorak pada ke-2 orang tuanya itu. “Wah, ayah bunda romantis banget, ” ujarnya girang. Faktor seperti ini bikin Herman sedikit berbesar hati., tetapi ia meneguhkan dianya agar tidak mudah ternakan suasana Sementara Nina cuma tersenyum penuh pengertian sambil bergelayut di leher suaminya ketika digendong.

Diam-diam, Herman merasa istrinya terus kurus dari hari ke hari. Tiap-tiap gendongannya terasa terus enteng. Herman memandangi muka istrinya sesekali saat menggendongnya sambil mengecup keningnya. Nina terkesan capek akhir-akhir ini, kantung matanya kerap terkesan membesar dan ia kerap menumpukan kepalanya ke dada Herman. Faktor ini bikin Herman mulai sangsi dengan keputusannya bercerai, ada kehangatan merasuk di dadanya setiap kali menggendong Nina.

Tanpa terasa, Herman mulai rasakan cinta kembali bersemi pada hubungannya dengan Nina. Ia terasa istrinya terus cantik dari hari ke hari, hingga hari-hari penandatanganan surat ceri itu terus dekat. Waktu Herman bakal menggendong Nina pada pagi hari ke 31, Nina menahan tangan Herman.

“Kan hari ini telah melalui. Kamu tidak butuh gendong saya lagi, Mas. ” Herman tersenyum saja dan mengangkat Nina ke meja makan. Ia menyaapabilan sarapan lantas mengecup kening Nina, “Sarapan saja, Nina. Selamat pagi. ” Begitulah Nina dan Herman memakai sarapan mereka dengan lebih hangat dan mesra. Tetapi di akhir sesi sarapan, Nina memberi surat cerai yang telah ditandatangani dan dibungkus amplop.

“Ini, Mas. Terima kasih selagi ini telah mencintaiku, ” katanya sambil menitikkan air mata. Herman terpana, tetapi surat itu diterimanya lalu sebelum pergi ke kantor, Herman memeluk Nina.

Di kantor, Herman berbicara pada Jenny kalau ia mengurungkan niatnya bercerai. Telah pasti wanita itu begitu jengkel dan menampar herman keras-keras. Herman tahu dengan konsekwensi ini, ia siap menerimanya lantaran selagi ini ia dan Jenny belum hingga berhubungan badan. Ia bersyukur tetap bisa mengatur dirinya selagi ini dari berzina.

Sekarang yang ada di benaknya yaitu Nina. Ia masihlah ingat dengan bulir air mata Nina yang hangat jatuh di tangannya tadi pagi. Herman rasakan cinta itu dan tidak sabar ingin segera pulang. Ia bahkan menyempatkan diri beli buket bunga paling indah hobi Nina dan bergegas pulang sore itu.

Sesampainya dirumah, Herman terbuktigil-manggil nama istrinya. Tetapi ia tidak juga mendengar jawaban. Hingga ia lihat Nina di kamarnya, tidur dengan piyama yang tetap melekat di badannya tadi pagi. Tetapi waktu Herman mendekatinya, Nina telah tidak bernyawa lagi. Herman tidak percaya, bagaimana mungkin Nina bisa meninggal? Ia menggoncang-goncang tubuh dan muka Nina sembari terbuktigil namanya.

Kepergian Nina sehingga penyesalan yang tidak terperi untuk Herman. Rupanya selagi ini Nina mengidap penyakit parah yang tidak sempat disampaikannya pada Herman. Di saat istrinya itu tengah pikirkan sendirian dan berjuang melawan penyakitnya, Herman sehingga sibuk dengan rencana perceraian mereka. Nina dimakamkan esok harinya, diiringi rasa sedih dan duka dari Herman dan putra mereka, Lilo.

“Dan sebagian dari dari tanda-tanda keagungan Nya merupakan Dirinya membikin pasangan–pasangan untuk anda dari type kalian, agar anda terasa tenang pada pasangan anda dan Dirinya jadikan di antara anda rasa kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang sekian itu ada sinyal – sinyal untuk orang-orang yang berpikir. ” (QS. Ar-Ruum : 21)

ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90