Suamiku Selingkuh Ketika Aku Sedang Hamil,Ternyatat Inilah Alasannya,,!!

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Semacam yang lainnya, Dewi ingin menjalani kenasiban pernikahan yang bahagia. Siapa sangka bahwa suaminya selingkuh ketika ia sedang hamil.Menikah dengan lelaki yang dicintai serta akhirnya hamil adalah faktor yang diharapkan oleh Dewi (bukan nama sebetulnya). Tetapi, keadaan berubah ketika ia mendapati bahwa suaminya selingkuh ketika ia sedang hamil.



Ia tidak berbicara pada orang tuanya mengapa ia bercerai. Tetapi, ia membagi kisah ketegarannya menghadapi masa kehamilan dengan suami yang selingkuh, serta masa kelahiran ketika ia memutuskan untuk menjadi bunda tunggal untuk anaknya.

Berikut curahan hatinya:



Aku sempat punya pernikahan yang sempurna. Aku berjumpa Adam seusai seorang kawan telah menawarkan kita, segalanya berlangsung dengan bahagia.

Kami pacaran selagi 3 tahun sebelum akhirnya menikah. Aku hamil pada tahun pertama pernikahan kami.

Saat itulah dirinya mulai bertingkah. Rasanya keadaan jadi berbalik dengan cara drastis.

Adam mulai tidak jarang pulang larut malam dengan argumen wajib mengangkat klien untuk minum-minum.

Alasan yang diberbaginya terdengar semacam tips kuno untuk mengelabuhi pasangan. Tetapi aku tetap mempercayainya. Sebab dirinya adalah… dia.

Dia adalah lelaki yang rutin jujur serta terbuka sejak pertama kalinya kami berkencan. Lelaki ini adalah pria yang sangat aku cintai. Ayah dari bayi yang belum lahir ini.

Kadang-kadang, dirinya mendapat telepon pada larut malam dari bos yang tinggal di luar negeri. Aku percaya padanya.

Dia mulai bahagia berangkat dengan mobilnya setiap malam. Ketika aku memintanya untuk mengajakku bersamanya, dirinya menolak serta bakal kembali berbagai jam kemudian.

Aku tetap tidak meragukannya.

Pada satu hari, aku mengalami kram yang kurang baik di masa kehamilan bulan kedua. Aku wajib naik taksi ke rumah sakit sendirian sebab aku tidak sukses menghubungi Adam.

Dia datang untuk menjengukku, tetapi akhirnya ia malah mengajakku bertengkar mengenai alangkah aku telah menjadi beban untuknya.

Bagaikan menyapu semua kotoran yang ada serta menyembunyikannya di bawah karpet, aku ingin semua kekacauan ini tampak baik-baik saja. Aku ingin menonton pernikahan kami bagaikan gelas kaca yang indah sewarna mawar.

Ini bukan waktu yang cocok untuk mengulas ketidak lebihan dalam pernikahan kami. Bagaimanapun, kami bakal punya bayi.

Kami wajib berusaha supaya segalanya tetap berlangsung lancar serta baik-baik saja.

Kenasiban intim kami juga telah terhenti. Dirinya berulang kali berbicara kepadaku bahwa dirinya lelah serta terlalu stres sebab pekerjaan.

Saat itu aku sedang berada di awal kehamilan serta yang aku baca, berhubungan intim saat hamil muda tetap aman. Sebagai bunda baru, aku juga konsultasi ke dokter kandungan juga, dirinya memberbagi lampu hijau soal ini.

Aku telah berinisiatif untuk meperbuat hubungan intim dengannya berbagai kali, tapi dirinya rutin menolak keinginanku.

Alasan nya adalah “Aku tidak ingin menyakiti bayi. Kok kalian bisa sih jadi terangsang pada saat semacam ini?”

Hal ini terjadi berbagai kali selagi trimester pertamaku. Ditolak berulang kali bakal membikin kami memperoleh angan-angan mengenai apa yang terjadi.

Aku jadi sangat minder dengan perubahan tubuhku. Tapi, bukankah itu adalah tahap dari kehamilan?

Aku merasa terluka, tidak diharapkan, serta tidak dicintai.

Kemudian hari itu datang juga, aku sedang hamil 6 bulan. Sahabat perempuanku saat itu mengirim SMS bahwa ada faktor mendesak yang wajib ia tanyakan padaku.

Dia mengirimiku link Facebook serta bertanya apakah pria dalam gambar itu Adam. Dengan perut melilit, aku mengklik link tersebut.

Di sana, terkesan gambar Adam di suatu  album Facebook suatu  klub malam populer di Jakarta. Ia sedang mencium perempuan lain, di bibir!

Adam, suamiku tukang selingkuh? Aku belum sempat menonton segi tersebut. Aku menonton gambar itu dengan lebih teliti. Wanita itu cantik, mempesona, serta sangat luar biasa.

Sedangkan, aku di sini… Sedang membulat bagaikan bola sebab hamil. Aku sangatlah merasakan bahwa kepercayaan diriku menghilang tidak bersisa dari tubuhku.

Tanda-tandanya terbukti ada, tetapi aku tidak sempat berpikir bahwa ia berselingkuh dariku. Khususnya pada saat kami baru saja mengawali suatu  keluarga.

Selama ini aku hanya berpikir bahwa ia sedang super sibuk serta sedang bergumul dengan pekerjaannya yang menumpuk.

Apa yang wajib aku perbuat? Wajibkah aku meninggalkan dia? Bagaimana caranya aku membesarkan anak ini sendirian? Apa yang orang lain pikirkan nantinya? Semua pertanyaan mulai berhamburan dari pikiranku.

Rasanya ruangan di kurang lebihku berputar. Nafasku rasanya terhenti. Aku roboh di lantai serta mulai berdarah. Saat terbangun, aku sedang berada di suatu  ranjang Rumah Sakit KK.

Di bawah terangnya lampu bangsal rumah sakit serta di tengah-tengah rasa pusing yang menderaku, aku menonton bahwa Adam ada di sana. Dirinya mendatangiku, serta mencari tahu apa yang menyebabkan ini semua terjadi, apa yang sedang terjadi di rumah.

Aku sangatlah hilang akal. Aku tunjukkan suatu  gambar dari handphoneku serta meminta penjelasannya.

Wajahnya langsung muram. Dirinya tidak mengelak. Dirinya mengakui bahwa ia terbukti
berselingkuh.

Ia membahas bahwa perselingkuhannya telah berlangsung selagi satu tahun. Nama perempuan itu Kelly, seorang model asal Thailand.

Mereka berjumpa di suatu  klub serta dirinya tidak menyangka bahwa keramahtamahan biasa bakal berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam serta berbahaya.

Dia menyalahkan aku sebab tidak menjadi wanita yang sama seusai kami menikah. Temperamenku mudah berubah serta sikapku juga “tidak menyenangkan” padanya jadi ia memutuskan untuk pergi.

Rupanya aku membikinnya merasa terkekang, bahkan dari sebelum masa kehamilan.

“Aku ini sedang hamil! Apa yang kalian harapkan dariku? Tidak mempunyai perubahan suasana hati? Bersikap baik sepanjang waktu?” tanyaku dengan sangat frustasi.

Aku merasa sedang berhadapan dengan seorang anak-anak. Alangkah tidak dewasanya ia.

Apakah ia berpikir bahwa nasib yang kami jalani bakal sama seusai kedatangan bayi? Makin jelas bahwa ia tidak siap menjalani kenasiban sebagai orang tua.

Dengan gampangnya ia mengambil jalan yang mudah serta mengejar perempuan lain sebagai solusi atas perpersoalanannya. Tidak ada satupun pikirannya yang masuk akal bagiku.

Dia berbicara bagaimana ia mulai jatuh cinta padanya. Sebab ia ‘tidak rumit’ serta ‘sangat luar biasa’ jadi ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Dia juga menyadari bahwa nyatanya ia tidak siap untuk menjadi seorang ayah.

Responku padanya saat itu, “Kamu tidak siap untuk menjadi seorang lelaki.”

Aku tidak ingin tahu detil bagaimana “hubungan” mereka. Yang aku pedulikan selanjutnya adalah apa yang wajib aku perbuat selanjutnya.

Aku tidak sempat berencana untuk membesarkan anak ini sendirian. Segalanya tiba-tiba berubah dalam hitungan menit.

Apakah aku punya rencana cadangan? Pasti saja tidak. Calon bunda macam apa yang bakal berpikir bahwa ia wajib menyambut bayinya sendirian tanpa suaminya?

Aku punya tidak sedikit pertanyaan…

Apakah aku sanggup dengan cara finansial untuk membiayai anakku? Wajib tinggal di mana kami? Apakah aku wajib melahirkan bayi ini sendirian?

Siapa yang bakal menolong persalinanku? Apa yang bakal orang katakan pada anakku sebab ia “tak punya ayah”? Bagaimana caranya aku menguatkan diri dengan cara emosional untuk menghadapi ini?

Sial, kenapa sih dirinya wajib berubah menjadi brengsek semacam itu serta menghancurkan semua yang telah kami bangun?

Semua mimpi mengenai angan-angan mengasuh anak, mendaftarkan bayi untuk ikut kelas berenang, belanja kebutuhan bayi…

Mengapa dirinya menjanapabilan sesuatu ketika ia justru ingin mengakhirinya?

Pada malam yang sama, seusai aku keluar dari rumah sakit (untunglah pendarahanku tidak serius), aku segera pindah ke rumah orang tuaku. Aku berbicara pada mereka bahwa aku membutuhkan seseorang untuk memeliharaku sebab Adam tidak tahu tutorial memelihara seseorang supaya bugar kembali.

Aku wajib jadi kuat demi bayiku. Aku tidak berbicara pada orang tuaku bahwa pernikahanku berakhir. Aku pikir mereka tidak bakal bisa menanggulangi stres yang ditimbulkan sebab ini.

Adikku mengemas barang-barangku serta membawanya untukku. Aku berbicara padanya segalanya. Dirinya bertanya apakah aku sangatlah mengharapkan perceraian.

Dia berbicara padaku bahwa tidak bakal membahagiakan bagi seorang anak untuk tumbuh tanpa ayahnya. Aku juga wajib siap menghadapi apa kata orang terhadap bayi lelakiku ini. Dirinya juga bertanya apakah aku lumayan kuat untuk ini semua.

Tentu saja aku ingin yang paling baik untuk anakku, aku tidak ingin dirinya tumbuh tanpa seorang ayah. Tapi rasa sakit yang ditimbulkan apabila aku wajib serumah dengan seseorang yang berselingkuh telah berada di luar performaku untuk menanggulanginya.

Aku tidak bakal sempat bisa menonton Adam dengan tutorial yang sama lagi. Aku wajib membikin keputusan yang cocok bagi kami semua..

Aku memutuskan untuk bercerai dari Adam serta ini membikinnya marah. Dirinya mulai melecehkan aku serta mengirimiku pesan teks berupa ancaman.

Aku mencoba untuk melalaikan pesannya, tapi wajib aku akui bahwa itu tidaklah mudah. Aku menangis hingga tertidur setiap hari. Aku juga khawatir bahwa ini semua bakal berakibat terhadap bayiku.

Orang tuaku tidak sempat tahu argumen sebetulnya mengapa kami bercerai. Mereka juga tidak sempat menyelidikinya dengan cara mendalam.

Saran dari ayahku adalah:

Anakmu membutuhkanmu, sayangku. Jangan meratapi masa lalu. Itu bakal membikinmu makin kecewa.

Aku tahu bahwa keputusan ini berat, tidak peduli apapun alasanmu untuk meninggalkan Adam. Tapi kalian wajib mengutamakan faktor yang paling baik untuk bayi ini.

Adam adalah seseorang di masa lalumu, ia mungkin bukanlah masa depanmu. Anakmulah masa depanmu.

Anakku Kiki kini berumur 1,5 tahun serta adalah tahap dari kebahagiaan yang ada di rumah kami. Dirinya adalah anak yang ceria serta dihujani oleh tidak sedikit cinta.

Aku tidak tahu bagaimana masa depan bakal mengangkat kami, tapi aku tahu bahwa aku meperbuat tidak sedikit faktor yang lebih baik sekarang. Mempunyainya di sisiku adalah hadiah paling baik dari dunia untukku.

Rutin ada saja masa susah, aku sangat tertekan saat itu. Ketika baru saja melahirkan serta menjalani peran sebagai bunda baru.

Tapi mempunyai keluarga yang mendukung serta mencintaiku, ditambah dengan kawan-kawan yang hebat telah mengangkat tidak sedikit perbedaan untukku. Sebab itulah, aku amat sangat bersyukur.

Menjadi seorang calon ayah bukanlah suatu  pembenaran atas perilaku kurang baik hanya sebab istrinya hamil serta “jadi berbeda lagi”. Mereka wajib menyadari bahwa perempuan mengalami perubahan fisik serta emosial selagi kehamilan.

Hanya butuh sedikit arti di antara keduanya supaya bisa menjalani pernikahan yang tahan lama. Semoga Dewi serta anaknya, Kiki, bisa menjalani ini semua dengan penuh ketegaran serta kebahagiaan.
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90